METROPOST.ID-Rapai Uroeh atau alat musik tabuh tradisional Aceh ini sejak lama telah ditambalkan sebagai ikon seni budaya Kota Lhokseumawe.
Namun launching sendiri baru dilakukan sejak tahun 2017,dengan melibatkan 400 orang untuk menabuh rapai uroeh secara bersama-sama dengan irama yang serentak di lapangan Hiraq Lhokseumawe, pada Ahad sore, 12 November 2017 lalu.
Ke 400 penabuh rapai itu berasal dari 26 grup Rapai yang ada di Kota Lhokseumawe. Rapai Uroeh dijadikan sebagai ikon seni budaya Kota Lhokseumawe, karena keberadaanya masih tetap eksis hingga sekarang secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kota Lhokseumawe, Sofyan menyampaikan, seni budaya Rapai Uroeh itu sudah ada sejak lama di Lhokseumawe. Bahkan, sangat dikenal di tengah-tengah masyarakat Aceh, khususnya di Lhokseumawe.
Untuk itu, Rapai Uroeh yang merupakan salah satu seni budaya supaya terus dipertahankan oleh generasi muda Lhokseumawe.
Menurut dia, seni budaya Rapai Uroeh ini layak dijadikan dan dinobatkan menjadi salah satu seni yang diakui secara internasional, seperti halnya Tari Saman dari Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh.
“Kalau di Gayo Lues ada Tari Saman yang sudah diakui, maka di Kota Lhokseumawe ada Rapai Uroeh yang sudah lama kita kenal sebagai salah satu seni warisan Aceh dimasa lampau yang masih eksis hingga sekarang,”ucapnya.
Disebutkan, pihaknya dari Pemerintah Kota Lhokseumawe sangat mendukung Rapai Uroeh untuk terus dipertahankan sebagai seni budaya Kota Lhokseumawe.
Sementara itu, bentuk alat musik tabuh atau Rapai seperti tempayan dengan ukiran lingkarnya antara 38 hingga 50 centimeter, di bagian bawahnya kosong dan bagian atas ditutupi dengan kulit kambing.
Berdasarkan Wikipedia disebutkan
Rapa’i adalah sebuah alat musik pukul yang berasal dari Aceh. Menurut kepercayaan masyarakat Aceh, alat musik ini diciptakan oleh Syekh Ahmad bin Rifa’i yang merupakan pendiri tarikat Rifa’iyyah.
Rapai merupakan alat musik tradisional Aceh yang ditabuh menggunakan tangan kosong, tidak menggunakan stik. Rapai biasanya berperan untuk mengatur ritme, tempo, gemerincing saat lantunan syair-syair bernuansa Islami sedang dinyanyikan.
Suara rapai juga membuat suasana lebih hidup, semarak dan bisa menumbuhkan semangat penonton yang sedang menyaksikan suatu pertunjukan. Rapai ini juga digunakan hampir semua seni tarik suara tradisional di Aceh. (*)